Sunday, 12 July 2015

PUNYA NOMOR TELEPON ... ?

MINTA NOMOR TELEPON DUNK ....

Ceritanya saat therapy terakhir jumat kemarin, sang mba therapist bilang, "Mba Firlly, mba Fulani minta mba Firlly ninggalin nomor telepon ..." katanya. "Oh gitu. Berapa nomor telepon dia, biar aku telepon aja sekarang ..." jawabku.

Maka di akhir sesi therapy saat daku digetar2in dengan alat disetrum2 di kamar therapy, kuteleponlah dia. Fulani itu pasien si ganteng yang dioperasi sebulan setelah daku, yang si ganteng mpe bertanya sama aku si Fulani itu namanya siapa gegara si ganteng ga tahu namanya saat mo bandingkan kondisiku dengan kondisinya. Tahu bener tahu ga, bener2 ga tahu, wallahualam bisawab yaaa .... 

Nah, setelah ngobrol ternyata Fulani bermaksud meminta nomor telepon si ganteng. Haiyaaaaa ... kasih ga yaaaa ... ? Ternyata ada sedikit urusan administrasi yang perlu diberesin sama si Fulani dan ia bermaksud mengabari si ganteng terlebih dulu melalui telepon.


SUBYEKTIF OR OBYEKTIF ?

Well, seriously, daku ga kasih nomor si ganteng pada Fulani. Subyektif ? Pastilaaaaaaah ... !!! Hahahaha ... Ga, ga, ga. Tapi daku punya alasan ya. Pertama, daku tidak merasa berhak untuk share nomor telepon si ganteng pada siapapun tanpa seizin beliau. Apalagi beliau itu seorang dokter, spesialis pula, akan sangat terganggu privasinya bila semua pasien bias kontak dia kapan saja.

Kalaupun beliau tidak berkeberatan nomor teleponnya diketahui oleh pasien-pasienmya tentulah pemberitahuan itu harus disampaikan sendiri oleh beliau bukan oleh orang lain seperti daku, tanpa seizinnya. Daku berpikir demikian, karena daku sebagai dosen saja, keberatan kalau para mahasiswa daku menghubungi daku melalui telepon. Biasanya daku akan mengingatkan bagian administrasi untuk tidak share nomor telepon aku kepada mahasiswa. Jadi, kurang lebih samalah rasanya seperti yang dialami si ganteng.

Kedua, saat daku finally punya nomor telepon si ganteng, itu asli karena daku dalam keadaan emergensi gegara knee brace daku terkunci sebelah sehingga membentuk sudut yang membuat lututku ga bisa bergerak kecuali membentuk sudut itu, yang notabene daku belum boleh melakukannya. Saat itu, untuk menghubungi si ganteng yang pertama daku lakukan adalah menghubungi rumah sakit dengan maksud agar susterlah yang menghubungi sang dokter ganteng pujaan hati. Namun berhubung saat itu hari minggu, maka daku tidak berhasil menghubungi rumah sakit. 

Hingga akhirnya daku berhasil menghubungi beliau melalui telepon dan email serta whatsapp, sekali lagi itu semua karena kondisi emergensi. Dan daku langsung say sorry kalau daku terpaksa menghubungi beliau directly karena sesungguhnya daku sudah mengupayakan cara procedural tapi tidak berhasil. Hal ini bahkan daku jelaskan lagi lebih dari sekali baik secara lisan maupun melalui email, untuk menghindari salah paham. Setelah itu, daku tidak lantas latah WA - an melulu dengan beliau kecuali progress report saja kondisi daku, atau sang dokter melupakan sesuatu sehingga perlu mengabari daku melalui WA. Sudah itu saja. Jadi sekali lagi, daku tidak merasa berhak untuk share atribut pribadi si ganteng yang akan berdampak pada kenyamanan privasi beliau, begitcuuuu ....

Yang ketiga, lagian pacar mana coba ya ... yang rela berbagi nomor teleponnya ma perempuan laeeeen .... ? Ga ada kaaaaaaannn .... ?!?!?! Halaaaaah ... #kumatgeblegnya ... hahahaha ....    :D

SAYA MAH BEGITU ORANGNYA

Alhasil, sebagai seorang yang baik dan sesama pasien, daku tetap memberikan solusi sebagaimana pengalaman daku selama ini dalam menyelesaikan perkara administrasi yang kini tengah dihadapi si Fulani. Kelar deh, fair dunk ya. Jadi daku ga cuma protect terus ga bantu apa2. Daku tetap bantu Fulani, tetap jaga privasi si ganteng dan tetap menjaga 'property' daku tetap amaaaan ... Hahahaha ... siapa gw coba nganggep si ganteng property ... ? Tapi yang penting win-win solution kan ... ?

Pokoknya kalau sama daku in shaa Allah amanahlah ... Saya mah begitu orangnya ! :D

No comments:

Post a Comment