Wednesday, 22 July 2015

Laa Tahzan

Numb banget ya. Not that numb, but that numb ! Powerless. No aim, no desire, no passion, just nothing.
Yang sulit itu menjaga hati dan diri agar tidak melakukan lebih banyak kekeliruan saat sedang menghadapi situasi yang sempit, sempit segala2nya. Sungguh menjaga keimanan itu, luar biasa beratnya. Bertahan, berupaya tetap istiqomah, memohon Allah senantiasa ridho pada hidup dan mati kita sehingga tertutupi segala aib dan keburukan kita hingga akhir hayat. Masya Allah, beratnya ....

Perkaranya, manusia adalah manusia, yang fitrahnya butuh manusia lain. Dan bukan hanya berhenti sampai di situ, pria butuh perempuan, perempuan butuh pria. Perkaranya lagi, tidak semua situasi itu dapat terpenuhi dengan mendasarkan diri pada alasan itu semata, sekalipun fitrahnya memang demikian ....

Ada banyak syarat dan ketentuan hingga masing-masing dari setiap manusia menjadi halal satu sama lain dalam menuntaskan hajatnya itu, sekalipun hanya sekedar untuk berbicara. On the contrary, trusting others is not an easy thing, at least for me. Hence talking or sharing to others becomes a rareness thing ....

Maka yang demikian itulah halnya menjadi begitu berat. Memohon pertolongan Allah sebagai satu2nya penolong adalah keniscayaan. But need someone to talk to is another basic needs. People needs to be listened. Allah always listen to us. But needs of having human being around is indeed ....

Balik lagi, saat menghadapi situasi yang tidak mudah ini, maka manusia pun dituntut untuk harus tetap mampu mengendalikan diri. Mampu mengendalikan diri agar tidak mengumbar kesedihan, tidak mengumbar bicara dan berbagi pada sembarang orang, tidak mengumbar keputusasaan, dst. Dan untuk itu semua, capenya luar biasa, sebab membutuhkan konsentrasi tinggi agar terhindar dari kesalahan yang bisa jadi semakin memperburuk keadaan.

Buat saya yang ilmu agamanya pas-pasan, keimanannya cuma segitu2nya, maka perkara yang sedang menghujam bertubi2 mengeroyok ini sungguh ga menyisakan tenaga apa2 lagi, kecuali keheranan sekaligus rasa syukur karena Allah masih mencukupkan segala sesuatu dengan nikmat yang tidak mungkin saya urai satu demi satu .... "Maka nikmat yang mana lagikah yang engkau dustakan ?" (QS. Ar - Rahman)

Saya tidak punya alasan untuk menjadi kufur. Saya tidak punya alasan untuk berputus asa. Saya tidak punya alasan untuk menghalalkan segala cara untuk menenangkan hati saya, tidak juga untuk sekedar hit and run. Demi Allah sesungguhnya saya tidak punya sedikit pun alasan untuk berbuat kesalahan dengan mengingkari bermiliar rahmat yang Allah beri sepanjang hidup saya, bahkan di masa yang saya pikir sudah sangat berat dan mentok hingga tak ada lagi ujung dasarnya.

Krandangan Beach, Senggigi, Lombok, Indonesia
Saya hanya punya satu alasan untuk semakin mendekatkan diri pada Allah dan senantiasa istiqomah meningkatkan amal ibadah, berjihad sekuat tenaga untuk menjadi muslimah yang seutuhnya, yang berakhlakul qorimah, dan memulainya dengan bertobat nasuhah. Betapa pun yang saya hadapi dan yang saya rasakan selama ini. Tak sedikitpun Allah akan menyengsarakan hidup kita, seandainya manusia menyadari betapa lemah, kerdil dan hina dirinya di hadapan Allah ....

Laa tahzan ....

No comments:

Post a Comment