Friday, 29 May 2015

AYO JALAN !

Setelah kencan terakhir ma si ganteng Rabu, 20 Mei 2015 lalu, asli daku sejak saat itu mendadak ga pengen ke rumah sakit gegara trauma insiden suntik sakit itu. Walhasil, Rabu berikutnya yang seharusnya daku kontrol, daku ga pergi. Jumat yang seharusnya daku terapi, daku ga terapi (daku masih punya jadwal 5x terapi lagi).

Perkaranya, setelah Rabu disuntik itu, Sabtu daku kuliah seharian sejak pagi dan pulang mpe rumah jam sembilan malam, ini kaki nekuk mulu, rupanya bikin sakit luar biasa yes ? Apalagi, Minggunya daku open house untuk teman2 komunitas si ciprat, sejak pagi sudah masak dan terima tamu hingga pukul 5 sore, serta banyak bergerak seharian, alhasil ini kaki makin rame rasanya.

Giliran ketemu Rabu lagi, daku ogah banget pergi ke rumah sakit. Aku takut ketemu dokternya, aku ga nyaman sama suasana rumah sakitnya. Asli. Padahal biasanya mo sakit model apa daku ga pernah alergi datang ke rumah sakit ini, karena memang selain nyaman, hampir seluruh petugas rumah sakit itu ramah, sehingga kita akan berasa nyaman selama berada di sana. Segitu nyamannya ini rumah sakit, sampai-sampai saya cukup sering juga datang ke sini cuma untuk hang out di kopi ijo yang mahal itu, atau makan pisang bakar ma sop buntut kesukaan di MM Juice.

Tapi insiden suntik kemarin itu, asli bikin daku ogah banget untuk datang ke rumah sakit even untuk nemuin si ganteng itu, la wong beliau yang bikin gw trauma begini. Ga pengen banget !!! Dan itu berasa sampai ini hari !

Setelah bikin janji kontrol 2x melalui telpon dan batal mulu karena daku ogah datang, akhirnya aku putusin untuk kontrol hari ini. Sembari deg-degan, daku menunggu giliran bada Jumatan. Tiba giliran, saat di pintu ruang periksa daku segera minta air putih sama suster, mukaku sudah kecut banget, sementara si ganteng, teteeep ... dengan muka tampan rupawannya memandang dengan senyum sambil kedua tangannya terlipat.

"TARGET SAYA 4 MINGGU LEPAS TONGKAT !"

Mengenakan hem hitam dan celana abu2 gelap, duduk di kursinya agak keluar dari balik meja, beliau menyambut dengan ramah. Saya masuk dan memberi salam "Assalamualaikum ..." dan beliau menjawab salam saya.

Dr   : "Gimana ?"
Gw  : "I'm so afraid to meet you, doc ..." saya setengah berbisik nyaris ga ada suaranya.
Dr   : "Duduk dulu. Sudah terapi ?" tanyanya dengan matanya yang jenaka itu sedikit menyelidik karena beliau tahu saya tidak terapi sebagaimana saya infokan kepada beliau melalui pesan singkat beberapa hari lalu.
Gw : "Ga ..."
Dr  : bla, bla, bla ...

#tahu ngomong apa'an, daku minum air putih sambil gemeteran.

Dr  : "Yuk sekarang jalan tidak pakai tongkat. Karena target saya 4 minggu sudah lepas tongkat."

OMG, sementara sejak Rabu disuntik yang traumatis itu lalu ketemu sabtu kuliah seharian mpe malam ketemu minggu open house seharian mpe sore, ini dengkul sumpah lagi ga enak-ga enaknya rasa. Sementara baru kemarin daku beli kursi roda supaya daku bisa duduk di kursi roda dan ga perlu mengayun tongkat ke mana-mana ...

Si ganteng berdiri, daku pun terpaksa berdiri ikutin perintahnya. Kedua tangan si ganteng sudah disodorin menawarkan bantuan sekiranya daku tidak yakin bisa jalan. Tapi daku tidak menyambut niat baiknya, jengah ya.

Berjalan setengah menghentak sambil kedua tangan tergenggam di depan dada, si ganteng mengingatkan agar saya tidak berjalan dengan cara seperti itu dan bertumpu pada satu kaki (kiri). "Kalau kamu tidak mencoba untuk berjalan dengan bertumpu pada dua kaki, nanti sakitnya bukan lagi pada kaki, tapi pada diri kamu (psikologis-nya mungkin kali ya maksudnya)" katanya. Mencoba mengikuti arahannya, dua kali bolak balik x 1,5 meter, berjalan di sisi meja kerjanya, akhirnya si ganteng suruh aku duduk di kasur periksa.

Beliau meminta saya duduk di bibir kasur periksa, lalu mengangkat kaki membentuk sudut tertentu. Lalu dengan tangannya beliau mulai menggerakan kaki saya untuk memastikan sudah mengalami kemajuan sejauh apa.

Nothing special, aku disuruh rebah, beliau kembali memintaku untuk menekuk sembari tidur, mengangkat kaki, dst. Terapi itu baik untuk mengembalikan fungsi otot di area paha atas dan bawah yang selama ini kendor karena tidak banyak beraktivitas.

"Oke sekarang saya lihat lututnya," katanya. Beliau lalu membuka knee brace, diikuti dengan membuka band. "Kamu sudah lihat kondisi terakhir ? Bagus, agak besar (bengkak) sedikit di sebelah sini (sisi dalam sebelah kiri), tidak apa-apa, nanti membaik. Bekas suntik kemarin juga bagus. Sekarang tidak perlu pakai band lagi. Lagi pula knee brace-nya cukup nyaman pelindung dalamnya" beliau menjelaskan. Beliau menyodorkan tangan kirinya supaya saya bisa bangun dari rebah untuk melihat kondisi lutut.

Daku lebih banyak diam, less respon. Mendokumentasi cuma 2x jepretan, selebihnya suster menawarkan diri untuk memotret, ya sudah. Sementara beliau sibuk mengencangkan ikatan knee brace. Sedikitnya aktivitas pada kaki kanan selama sebulan terakhir membuat ukuran lingkar paha hingga betis saya mengecil, tidak sama seperti kaki kiri. Itulah sebabnya, keempat kaitan knee brace perlu diperketat supaya knee brace tidak melorot saat dipakai. Berjalan tanpa tongkat, maka penyokong kaki saya kini adalah dibantu dengan knee brace ini.

Kelar dengan itu semua, kembali ke meja, diskusi 2 pertanyaan, sudah, kelar, pulang. Ga ada obat, ga tahu juga kapan suruh kontrol balik. Blank. Tiga orang suster yang nongkrongin saya selama kontrol bikin saya ill feel sumpah dan ga punya privacy sama sekali. Bukan apa-apa, kadang attitude suster ini seperti assisten rumah tangga yang kurang well mannered. Jadi mantengin yang gimana gitu. Apalagi suster terakhir yang orang sumatera, sepertinya batak, bukan rasis sumpah, tapi caranya ga pas banget sama daku yang biar seperempat menado tapi jawirnya kentel abis. Jadi rada-rada alus nih saringan, agak sensitif sama sikap suster yang tegas dan galak. Lah dokternya aja ga bawel, dianya galak bener !

Sejak minggu kemaren gw diomel2in mulu ma nih suster. Baik sih, kelar kontrol suster ini selalu antar daku ke kasir, bawain tas, ambilin nomor, dst. Tapi selama itu pula dia omel2in gw ! Sebel kan ? Dari puluhan suster yang ngerawat gw selama di rumah sakit, ga ada yg gw komplen kecuali satu yang ini. Batak banget, ga pas aja rasanya ! Dia ga tahu sih rasanya jadi orang pincang dan disuntik segitu sakitnya, traumanya, dst ! Orang kan perlu waktu untuk bisa 'ok' lagi. Sebel !

"TERUS OBATNYA MAU DIAPAIN ?"

Si ganteng sempet tanya perihal obat yang sedianya bakal disuntikin lagi. "Terus obatnya mau diapain kalau kamu ga suntik lagi ? Jadi ga mau suntik lagi ?" tanyanya. Daku cuma ngegelengin kepala. "Oh ya sudah, terserah kamu. Saya biasanya setelah operasi akan menyuntik obat itu 2x. Tapi kalau kamu ga mau ya sudah," katanya. Daku lebih banyak diam dan ga tanya apa-apa lagi.

Alhasil, kelar kontrol daku pulang ya gitu aja deh, ga hepi, dan ga terapi juga. Males. Lagi males ada di rumah sakit, lihat rumah sakit juga ogah. Honestly, banyak hal yang ingin daku tanyakan, tapi situasinya ga enak banget, suster-suster ini bikin saat periksa seperti terburu-buru dan ga nyaman. Seolah-olah sudah ngusir alus gitu. Ya sudah, pulang aja.

Sejak semula perkara mo nanya-nanya nih memang perkara susah. Waktu visit yang singkat, bikin ga sempat tanya banyak hal penting yang sebenarnya ingin saya ketahui. Belum lagi gw nya yang suka kena sawan bego saat kontrol bikin lola mikir. Buat dokternya kali sepele yes, tapi buat yang sakit kan penting. Mo' tanya directly, gw tahu banget itu mengganggu privacy, karena daku jg begitu orangnya. Ga suka ditembak langsung gitu. Asli bikin bingung. Kalaupun diem aja ga tanya, khawatir salah juga. Makanya, jangan sakiit ... jadi ga ketemu urusan yang beginian .... !!!

Met wiken ya everybody !!!

No comments:

Post a Comment