Wednesday, 13 May 2015

"YA AMPUN FIRLLY ... !"

"YA AMPUN FIRLLY ... !"

Hari ini jadwalnya daku rendevouze ma si ganteng. Acaranya, buka jahitan. Sejak awal daku sudah bingung, datang pake walker stick ga ya. Sebab bakal rempong bawa tas kanan kiri sambil jalan bertongkat. Akhirnya begitu on loc, kuputusin jalan tanpa tongkat. Itu pun daku bukan langsung nemuin si ganteng, malah antar kue untuk suster dan terapis di lantai 2 dulu, ke cendra ma ke rehab, lanjut lantai 3, terus baru turun ke poli.

Tiba di poli duduk sebentar, nunggu giliran. Begitu tiba giliran, masuklah daku dengan terpincang-pincang. Sementara di ujung ruang, si ganteng duduk di kursinya, bergeser ke luar dari balik meja, memandang daku dengan kaget sambil memgang kepala seraya setengah berteriak, "Ya ampun Firlly ... ! Kenapa ga pakai tongkat ?" teriaknya keheranan. Tinggallah daku langsung ciut hati, feeling guilty tingkat dewa, menyesal.

"Aku ga mau terlalu drama. Dilihatin orang-orang ..." respon saya menjelaskan. "Iya saya tahu, kamu reluctant. Itu kan namanya diperhatikan. Tapi itu untuk kebaikan kamu. Supaya repair hasil operasi baik secara sempurna ..." jelasnya. Saya pun terdiam. 

PINK SEMUA

"Ayo naik (kasur periksa)," katanya. Daku pun beringsut ke kasur. Begitu on position, komentarnya, "Pink semua sukanya , sampai-sampai kameranya pun warna pink ..." Hari itu aku pake rok dusty pink kesukaan model ala princess gitu ma blus krem kombinasi pink dan kerudung brokat juga warna pink. Hahaha ... ga penting yeees, tapi berarti dia notice dunk, sejak insiden ketemu pertama kali yang ga banget itu, pertemuan2 berikutnya daku selalu pake baju yang ga jauh-jauh dari warna favoritku itu, pink ... mulu !

Si ganteng komentar begitu sebab saat selonjoran di kasur kan kaki ketutup ma rok panjang princess ku warna dusty pink itu. Si ganteng juga lihat sepatu ku warna fucia atau shocking pink ngegeletak di bawah kasur. Saat si ganteng mulai menyingkap rok dan membuka perban, daku pun mengingatkan pembicaraan terdahulu, "Kan saya sudah bilang dok, minta benang warna pink ..." komen saya. "Belum diproduksi benang operasi warna pink, tapi kalau semacam gips ada warna pink. Lebih bagus dari gips lagi, karena bukan berbentuk bubuk dan cepat mengeras ..." jelasnya. Ooooh ...

Maka mulailah si ganteng membuka jahitan bekas operasi di lulutku. Sedikit jerit-jerit, akhirnya kelar jugalah jahitan sebelah kanan dilepas. Giliran sebelah kiri wuidih, sakitnya agak lebih yess. Jadi mulailah saya berisik. "Ntar, ntar, ntar dok. Bissmillah donk dok ..." pinta saya. "Iya, Bissmillahirrahmaniraahim ..." katanya. Tapi tetep saya komplen, "Bentar dunk dok, berhenti dulu." Akhirnya si ganteng menjauhkan kursinya sebentar, sementara saya cengar-cengir menahan ngilu. Katanya kemudian, "Sampun ?" sambil beringsut mendekat lagi. Dan tahu2 dia sudah uplek lagi di lutut saya sampai kelar, sementara saya jejeritan dan sibuk kipas2 lutut. Alhasil kamera di tangan pun ga jadi dipakai deh, sakit aja proses buka jahitannya. "Dah," katanya .... fuiiih ....

"DEAL ?"


"Nah, minggu depan kita suntik kakinya ya," jelas si Ganteng. "Atau mau sekarang aja ?" tanyanya. "What ? You keeding me, doc !" respon saya. "Ya kali aja mau sekarang. Ya udah minggu depan kalo gitu ya ? Deal ?" tanyanya. Daku dan si ganteng tiap kali mo mutusin perkara ini kaki, selalu gitu, "Deal ?" Kali ini saya jawab, "Ok, kali ini saya deal, doc."

Balik ke meja, saya tanya foto-foro selama proses operasi, diskusi obat - yang saya ga ngerti (saya sama sekali ga ngerti obat, boro2 hafal). Si ganteng senyum-senyum tiap kali saya bilang saya ga ingat saat ditanya hal ihwal tentang berapa kali obat anti nyeri tulang yang saya minum tiap harinya. Daku juga bilang daku lupa minum antibiotiknya, gegara banyak syaratnya, ada yang sebelum makanlah, ada yang ga boleh barenganlah, ada vitamin, dst. Ga ngerti. "Ga pa-pa, yang penting habiskan, " katanya.

Si ganteng lalu tanya soal kuliah, daku bilang kan kuliahnya jumat sabtu. "Bawa mobil ?" tanyanya. "Gaklah," jawab saya. "Terlalu jauh, terlalu berisiko, belum berani, naik taksi saja," tambah saya lagi. Si ganteng manggut-manggut setuju, "Bagus" katanya.

Jadi ya ... "Dipake tongkatnya ya. Paling tidak 'kan 6 minggu. Sedikitnya 3 minggu deh," si ganteng mengingatkan.  "Kan janjinya memang 6 minggu nurut ya (itu permintaan si ganteng sejak awal dulu sebelum operasi."Pokoknya kamu nurut saya dulu deh selama 6 minggu," gitu katanya). Minggu ke-7 ga harus nurut lagi kan, dok ?" tanya saya. Cepat dia merespon, "Apa ?" tanyanya. Buru-buru saya jawab, "Ga ..." lalu terdiam. Kwkwkwkwk ....

Terakhir saya cerita kalau saya suka lupa naik dan turun tangga. Lalu si ganteng kasih tips, "Go up to heaven, down go to the hell" Maksudnya, naik pakai kaki sehat, turun dahulukan kaki yang sakit. Okay, dok !

Begitulah, akhirnya siang itu saya pulang dengan lega tapi sekaligus menyesal karena sudah mengecewakannya. Bukan apa-apa. Saya tipe orang yang perfectionist dan percaya ma kemampuan diri saya. Sebaliknya, bila saya tidak menguasai suatu perkara, saya akan mengikuti instruksi atau rekomendasi ahli atau orang yang saya percaya. Termasuk perkara kaki ini. Saya menyesal, khawatir proses pemulihan saya tidak berlangsung sebagaimana yang diharapkan sang dokter, akibat kecerobohan saya. Selain itu, tentulah saya akan rugi bila saya ga patuhi perintah dia. Jadi ya, pulang dari ketemuan ma si ganteng ini, maka ke mana-mana pun saya mulai istiqomah mengenakan tongkat, bahkan di dalam kamar saat menuju tempat tidur.



DOKTER IDAMAN

Sejak kecil, saya hanya punya satu dokter gigi, yaitu Drg. Rudi yang saya kenal sejak saya kelas 1 SD ! Sementara untuk dokter umum, saya pun punya satu dokter yang sangat special yang saya kenal sejak umur 8 tahun saat kelas 3 SD, yaitu Dr. Fx. Hermanto. Beliau bisa tahu saya sakit badan apa sakit pikiran. Bahkan hingga saat ini, kalau saya sakit dan urusan ga kelar-kelar dengan dokter di Jakarta, saya akan minta ibu telepon Dr. Fx. Hermanto dan minta resep untuk saya ! Hahahaha ....

Di bintaro sekarang, saya biasa menemui Dr. Bahder, specialist internist untuk sakit maag saya. Tapi sejak ada Dr. Ayu, spesialis yang sama, saya memilih berobat ke dokter perempuan ini. Saat saya pertama kali mo berobat ke dokter spesialis orthopaedic pun, sesungguhnya saya prefer untuk mendapatkan dokter perempuan. Tapi setelah membaca brosur dokternya yang ada laki semua, ya sudah. Seadanya sajalah, tahu-tahu ketemunya malah ma si dokter ganteng ini. Bukannya tambah sembuh, eh ni dokter malah bikin nambah sakit saya saja. Hahaha ....

GAGAL FOKUS

Tahu ga sejak insiden pertama kali saya menemui si ganteng yang ga banget situasinya saat itu gegara saya saltum, hingga kemarin ketemu terakhir, saya selalu saja gagal focus dan gelagepan setiap kali ketemu dia (baca "Balada berobat salah kostum" di www.firlly.blogspot.com). 

Alhasil seperti kejadian kemarin. Kelar berobat, sudah bayar segala macem, saya langsung ngeloyor pulang. Saat mo bayar parkir baru teringat, ternyata resep belum saya teruskan ke apotik untuk ditukar obat. Terpaksalah saya balik lagi ke lobi, dan dibantu 2 orang petugas sekuriti mengurus itu resep, sementara mereka meminta saya tetap menunggu di mobil. Mereka tahu karena saya tadi cerita kelar diomelin si ganteng gegara ga pakai tongkat. Somfereeeet ... kamfereeeeettt banget deh nih si dok ! Jadi ya, jujur ya, asli nih si ganteng memang bikin saya gagal focus, sebab he is too good to be true sih ! Bikin klepek-klepek ajah ! Geblek banget saya yah ? Hahahaha ....

Makanya belakangan saya selalu ribut cari obat merah karena hati sudah berdarah-darah ngadepin nih makhluk ganteng. Bahkan sejak bertemu pertama kali, saya sudah pengen cari pohon toge untuk bunuh diri #becanda gegara gelagepan mulu di depan si ganteng. Sekali lagi somfereeeeet ... kamfereeeeeet banget dah nih dokter. Ok deh prens, jangan coba-coba cari tahu siapa dokter ganteng saya ya ? He's mine ! Hahahaha ... !  :P





No comments:

Post a Comment