Tuesday, 12 May 2015

AKU BUKAN PUJANGGA

Cerita saya kali ini drama banget dah. Saya mo cerita tentang kehidupan cinta saya, hahahaha .. buka kartu dah ... siap2 malu fastinya daku ....

SI HITAM ANAK KAMPUNG

Sebagai anak yang dilahirkan dari bokap jawa tulen dan nyokap menado sunda, daku yang fenotip 1 dari perkawinan mereka , fastilah lahir dengan ciri dominan : hitam, mata sipit dan rambut ikal lebat. Alhasil saat aku kecil lebih sering disangka orang, berasal dari ambon atau sumatera barat. Bedanya, kalau perempuan ambon itu hitam dan manis mata lebar, sementara daku hitam mata sipit. Kebayang kaaaaaaan ... ?

GA PEDEAN

Fastilah ga pedean ! Saat kecil, saya menghabiskan masa sekolah dan bermain di sebuah sekolah katholik, sejak TK nol kecil hingga SMP kelas 3. Sebelas tahun saya habiskan masa kecil saya bersama sahabat-sahabat saya yang mayoritas beretnis tionghoa, yang tentu lazimnya bermata sipit tapiii berkulit putih bersih. Demi kondisi fisik yang saya miliki saat itu, maka ga pernahlah saya ngerumpi bersama teman2 main saya soal laki. Alasannya ? Ya karena saya berasa jeleklah, mana berani naksir cowo ... ? Hahahaha ...

Sekalinya ada teman laki-laki yang mendekat pertama kali saat SMP, itu terjadi saat saya kelas 3. Ceritanya saya disukai seorang cowo pintar. Asli, ini cowo asli pintar, anak orang punya dan playboy alias banyak mantan pacarnya (begitu kata teman-teman perempuan saya cuka cerita).

Tahu ga, apa yang saya lakukan saat ditembaknya suatu siang pulang sekolah di teras rumah ? Saya bilang, saya ga pernah pacaran, saya mo coba dulu ya, kalo ganggu sekolah, saya ga mau, kalo tidak ganggu sekolah, ya kita lihat nanti aja. "Wah, saya dicoba (dijadiin percobaan mungkin maksudnya) dunk berarti ?" kata teman cowok saya itu ga terima. Maklumlah, pan ia biasa nembak cewe ga ada yang pake respon begini kali yee .. ?

Lantas waktu teman-teman segank saya tiba-tiba muncul di depan rumah bermobil mo makan-makan merayakan hari jadian saya dan dia itu, saya cuma nanggepin dingin, "Saya sudah makan siang, saya ga ikut deh, kamu aja sana makan2 sama teman2 ..." Hahahaha ...

SI JELEK DAN BODO

Sebenernya selain ga pede karena saya merasa jelek, hitam, sipit, kurus. Saya ga pedean juga karena saya tuh ga pinter semasa sekolah. Apalagi kalo dibandingkan sama anak ibu saya yang tinggal serumah ma saya itu. Dia putih, mata lebih lebar dari saya, ndut dan sangat pinter, makinlah saya ga pede.

Persoalannya cowo yang naksir saya itu kan cowo pinter, sementara saya sekelas dengan dia pun karena terpaksa, akibat kuota kelas khusus untuk anak2 pintar kurang jumlahnya. Dan saya akhirnya termasuk anak yang kepandaiannya kelas 2 tapi masih dapat disarankan untuk masuk di kelas yang isinya semua orang2 pinter thok ! Tapi yang ada saya jadi juru kunci deh di kelas. Kebayang dunk, duduk sebangku ma pacar si juara kelas, sementara sayanya under dog. Cakitnya tuh di cini #nunjuk dada ! Hahaha ...

PACARAN ESTAFET

Nah, lulus SMP, pacar saya itu pindah ke luar kota. Ceritanya sejak kelas 3 pun dia sudah tinggal bersama sebuah keluarga, sahabat orangtuanya, karena orangtuanya dipindahtugaskan dari Tegal ke kota lain. Dari situlah, saya pun akhirnya mengenal keluarga 'angkat' pacar saya yang rumahnya tak jauh dari rumah saya, hanya 2 km saja. Keluarga mereka adalah keluarga besar yang memiliki 5 orang anak. Anak terbesar, sebut saja si fulan, sebaya dengan kami. Dia bersekolah di sekolah negeri.

Singkat cerita, saat masuk SMA, saya dan si fulan ternyata sama-sama sekolah di SMA yang sama. Maka si fulan menjadi satu-satunya teman saya di luar teman-teman SMP saya yang bersekolah di SMA Negeri terbaik di Tegal itu. Kenapa hal itu jadi penting ? Karena itulah pertama kalinya saya sekolah di sekolah negeri.

Saya mengalami shock culture dari sekolah katholik yang sangat disiplin, penuh fasilitas, dan beretika. Sementara di sekolah negeri ini, saya banyak menemui pelajaran kosong, siswa-siswa madol (bolos), serta kenakalan, kegaduhan luar biasa di sepanjang koridor kelas sejak pagi hingga siang hari kelas berakhir. Saya terkaget-kaget. Akibatnya, hamper selama setahun pertama, teman saya sangat sedikit, karena saya pun terhalang dengan kemampuan berbahasa pergaulan, bahasa tegal, yang tidak saya kuasai.

Alhasil, si fulan menjadi satu2nya modal untuk mengakses pertemanan dengan teman-teman baru. singkat cerita, saya pun jadian ma si fulan saat di kelas 2. Jadilah saya pacaran karena apa yaa ... Bisa dibilang ketidaksengajaan deh, karena kebiasaan, bukan karena cinta. Sebab seingat saya, si fulan ga pernah nembak saya gitu.

Lucunya, pacar saya saat SMP beserta keluarganya, dan si fulan menyikapi ini dengan biasa saja. Aslinya kan situasinya sangat canggung kan ya mestinya. Sebab hingga kelas 1 SMA berjalan beberapa waktu, pacar saya SMP masih ngapel ke Tegal tiap wiken jauh2 datang dari luar kota menempuh perjalanan 7 jam dengan travel lho. Sakti juga ya pengorbanannya ?! 

FRIENDZONE

Hubungan saya dengan si fulan lumayan awet loh, sejak SMA kelas 2 hingga saya wisuda (saya kuliah S1 4 tahun), si fulan masih hadir mengikuti acara wisuda. Bahkan hingga saya bekerja 3 bulan setelah saya wisuda, si fulan masih bersama saya,  hingga saya sudah bekerja selama2 tahun, walaupun saya sudah tidak mau melanjutkan hubungan.

Pasalnya, hubungan saya dengan si fulan yang bertahun-tahun itu sepertinya tidak disetujui oleh almarhumah ibundanya. Sementara si fulan tampaknya bukan tipe orang yang mau memperjuangkan saya di depan orangtuanya, khususnya almarhumah ibunya yang saat itu tidak menyukai saya.

Padahal keberadaan si fulan di keluarga saya teramat istimewa. Orang tua saya begitu menerima kehadirannya, keluarga besar saya, paman dan bibi saya hampir sebagian besar sudah mengenal dia. Sementara saya di friendzone-in begitu, ya saya minta bubar sajaaaa ....

Lantaran urusan yang satu ini, saya bertengkar hebat dengan kedua orangtua saya ! Pertengkaran yang sangat tidak masuk akal dan luar biasa ga bisa saya mengerti, hingga kini ! Tapi ya sudahlah ...

AWAL KESALAHAN

Memasuki dunia kerja lulus kuliah dengan status jomblo sepihak (karena si fulan tetap ga terima saya putusin) saya bertemu dengan si Fulani. Saat itu saya bekerja di sebuah kota kecil di Jawa Tengah. Tapi, urusan percintaan saya yang ini sungguh merupakan awal malapetaka kehidupan percintaan saya.

Orang tua saya tidak terima sama sekali kehadiran dia, lantara dia bukan orang Jawa ! Gila, rasis juga ya ternyata ortu saya. Bukan apa2, walaupun saya paham maksudnya, tapi plis deh, it didn't make a sense at all !

Inilah hikmahnya, kekerasan hanya melahirkan kekerasan yang lebih tidak terkendali lagi. Itulah yang saya alami. Gegara soal ini, saya kembali bertengkar hebat dengan orang tua saya. Pasalnya, mereka memaksa saya untuk tetap kembali bersama si fulan !  Bukannya menuruti apa kata orang tua saya, saya semakin lengket dengan rekan kerja saya ini. Malapetaka semakin parah saat bokap bertemu dengan pacar saya itu. Demi mendengar ucapan bokap, pacar saya meninggalkan saya begitu saja, tanpa ampun. Dan saya, dibuat bego luar biasa, bertahun-tahun ! Saya pun berasa jadi sampah !

KESALAHAN BERIKUTNYA

Terakhir berurusan dengan laki tahun 1998, saya baru menikah dengan seorang Jawa, sembilan tahun kemudian, tahun 2007 setelah usia ideal saya untuk menikah dan bereproduksi lewat ! Dan di antara periode itu saya pun melakukan kesalahan-kesalahan berikutnya.

Saat saya hijrah ke Jakarta dan bekerja di sebuah perusahaan di mana saya telah menghabiskan pengabdian 14 tahun hingga saat ini, saya disukai oleh seseorang yang seharusnya tidak saya ladeni. Sekali lagi, saya menjalani hubungan percintaan, lagi-lagi bukan karena rasa cinta yang saya miliki. Saya selalu menjadi pihak yang pasif dan hanya menerima saja.

Dan kalaupun saya menerima cinta-cinta yang mungkin salah itu, semata-mata bukan karena cinta sepertinya, tapi lebih karena I did needed someone behind me as I didn't make a good relationship with parents and the whole fam. Maka yang ada jadinya adalah apa ya bukan 'pelarian' sih, tapi karena kebutuhan akan seseorang tempat bersandar yang dapat dipercaya karena saya tidak merasa aman dan nyaman bersama keluarga.

Singkat cerita, lagi-lagi pelakon cinta ini pun 'kabur' setelah bokap bicara dengannya. Seperti biasa, jadi korban 'cinta' yang tidak pernah saya punya. Ingat, setiap kali saya punya teman pria, itu lebih karena saya tidak dekat dengan keluarga karena saya merasa tidak aman dan nyaman bersama mereka .... 

MENIKAH TANPA CINTA

Saat akhirnya saya menikah pun, pernikahan saya adalah pernikaha dewasa. Ga pernah ada bilang cinta. Saya sendiri hanya punya komitmen yang menurut saya jauh lebih terpercaya ketimbang cinta yang bisa bullshit ga bermakna. Jadilah saya selalu bilang, saya bukan pengagum cinta, karena seumur-umur belum pernah jatuh cinta ....

Menikah tanpa cinta bukan hal mustahil menurut saya. Bagi saya komitmen jauh lebih terhormat ketimbang cinta. Dan menikahlah saya akhirnya tanpa modal cinta.

TAKUT JATUH CINTA GA YA ?

Perkaranya, karena saya ga pernah jatuh cinta yang sebenarnya, jadi berasa agak gimana gitu ya ternyata. Selama ini bisa dibilang saya itu apriori banget sama cinta. Bullshit tingkat dewa deh yang namanya cinta buat saya, kalo ga dibilang musuhan. hahahaha ....

Maknya, kalau saya jatuh cinta belakangan bisa hancur badai dunk yaaa ... Alay sealay-alaynya. Mati gaya, bego, dst. Bisa gawat kan kalau jatuh cintanya telat ... ? Hahahaha ...

HIKMAH

Kadang niat baik, manakala dilakukan dengan cara yang kurang pas, maka hasilnya menjadi tidak seperti yang diharapkan. Begitulah, saat keluarga memilih cara untuk menghentikan 'percintaan' saya secara saklek, akhirnya justru mendorong saya semakin mengejar dan memperjuangkan sesuatu yang saya mau, walaupun itu belum tentu cinta.

Yang terburuk adalah, saat kemenangan untuk melarang itu diraih, sesungguhnya kemenangan itu dibayar teramat mahal dengan trauma, penyesalan, pengorbanan yang luar biasa menyakitkan. Bukan perkara putus cintanya, tapi dampak psikologis yang membuat saya semakin sulit dengan hidup saya.

Tapi sebagai seorang yang beriman, saya tetap harus memegang teguh nilai-nilai dan tuntunan. Bahwa orang tua adalah tetap manusia di muka bumi ini yang harus saya muliakan. Sayangnya, saat saya telah menikah, maka surga saya adalah suami, bukan lagi pada orang tua. Suamilah yang berhak penuh pada diri saya. Ikhlas ridho Allah adalah ikhlas ridho suami saya. Karenanya, saya hanya bisa berdoa dan berharap Allah tetap memuliakan orang tua saya yang tidak mempunyai anak laki2, dengan caraNya.

Ga kenal cinta, bukan pengagum cinta, tidak pemuja cinta, ga apa keleeesss ... No problem ... Yang penting jangan sampai ga punya tuntunan, karena itulah sebaik-baiknya cinta ... Cinta Allah yang tanpa batas pada umatNya .... 

No comments:

Post a Comment