Thursday, 7 May 2015

GOOD FRIENDS

Seringkali saya merasa takjub dengan hal-hal atau situasi yang jarang saya temui tapi meninggalkan kesan gimana ... gitu. Termasuk salah satunya, soal pertemanan.

Saya selama ini mengukur, diri saya agak introvert ya. Jadi, saya tuh jarang banget cerita-cerita tentang urusan hidup saya dengan orang lain. Jangankan orang lain, ma orang rumah aja purba banget, apalagi sama orang lain. Masa sekolah dulu, saya paling ga pernah ngerumpi soal cowo. Maklum, ga PD tingkat dewa dah, sebab selain agak2 o'on semasa sekolah dulu, saya juga item no excuse kan ... ? Makanya saya paling ga pernah tuh gossip-gossipan, rahasia-rahasia-an ma teman-teman.

Saya juga ga punya teman dekat perempuan. Teman saya laki semua. Saya keknya paling payah kalo berteman kolektif deh. Cucah setel programnya supaya ga jadi trouble maker. Kudu konsentrasi tinggi. Hahaha ...

Termasuk, ini tulisan baru publish sedetik, langsung dikomen sahabat tersayang, senasib sepenanggungan soal ... "itu deh" yang fully support kegeblegan saya belakangan ini yang sedang cakitnya tuh di cini gegara accidentally berurusan ma dokter ganteng yang super duper somfereeeet ... ! Dikomplen gegara poto cantiknya ga ada di sini, ya sudah, yuk mari kita up date lagi. Hahahahaha ... !

Baruntung saja sekarang sudah ada media semacam blog ini yang membuat saya jadi bisa sharing leluasa tapi ga terlalu pengumuman gitu, karena selain tidak semua suka baca blog, saya pun masih bisa hiding semua kisah dari aslinya. Hahahaha ... teteup ... 

DICARI ATAU MENCARI ?

Pagi ini seorang kawan dekat saat smp tiba-tiba meninggalkan pesan pada inbox di akun salah satu jejaring sosial saya. Tumben, tanya saya. Ternyata ia ingin berbagi kebahagiaan bahwa tgl 12 Mei 2015 ini ia akan segera sidang pengukuhan sebagai Doktor di sebuah universitas di Yogyakarta. Lalu kami pun beberapa saat mengobrol melalui inbox.

Aneh saja, kami berteman sangat dekat masa smp itu, artinya itu sudah lebih dari 25 tahun lalu. Tapi tiba-tiba ia merasa perlu untuk berbagi kebahagiaannya kepada saya, itu amaze sekali. Saya takjub dengan persabahatan yang bisa saya peroleh ini. Subhanallah rasanya. Sebab kesehariannya, kami sangat jarang chit-chat lah. Tapi asli, saya sangat bersyukur dan ikut merasa sangat senang dan bangga atas keberhasilannya.

Di kesempatan yang lain, suatu pagi seorang sahabat yang telah menjadi teman saya sejak kami sama-sama berumur 4 tahun, bayangkan, 4 tahun ! Tiba-tiba meninggalkan pertanyaan di wa pada gadget saya, menanyakan hal-ihwal kerjaan. Persoalannya, saya bukan ahli soal itu, hanya pernah berurusan dengan hal itu, hamper 20 tahun lalu. Jadi tiba-tiba sekarang ada yang bertanya soal itu, ya jawaban saya hanya based on experience saja dan bertanya kepada sarjana baru lulus di meja sebelah.

Belum lama, seorang teman kuliah, yaah .. lebih dari lima belas tahun lalu la ya, pun tiba-tiba meninggalkan pesan, inbox di salah satu jejaring sosial saya. Kami saling bercerita dan bertukar pikiran. Niat baiknya untuk berbagi cerita pada saya, sungguh sangat saya hargai. Why me ? Karena dalam keseharian di antara kami sangat jarang bersilaturahim. Namun manakala keinginan itu ada dan mereka memilih berbicara pada saya, saya merasa sangat amaze !

Hahaha, sekali lagi saya sangat bersyukur dengan keajaiban-keajaiban kecil ini. Cukuplah bagi saya hal remeh-temeh yang seperti ini menjadi keajaiban sederhana yang membuat saya takjub dan merasa sangat senang.

DIBAGI ATAU MEMBAGI ?

Seorang sahabat baru, sekaligus adik, beberapa hari ini marah berat pada saya lantaran saya dianggap berbohong padanya. Saya ga mau cerita apa-apa soal hidup saya (maksudnya hal-hal keseharian) pada dia katanya. Menurutnya, saya lebih suka berbagi pada brondong jagung di kelas. Padahal temenan ma brondongs itu kan untuk lucu-lucuan aja ya. Intinya dia marah, karena saya ga tahu kalo dia sayang bener sama saya. Sementara ia khawatir pada saya, sayanya tetap tidak kunjung cerita apa-apa, sedihlah ia, merasa tidak dihargai. Saya pun untuk kesekian kalinya dibuat takjub dan bingung.



Sebab soal ga mau cerita, itu memang kebiasaan saya sejak kecil. Saya nyaris ga pernah tuh heart to heart sharing with my mom, apalagi dad, apalagi the one and only my little sister, ga pernah. Kalaupun ada ya sifatnya hanya nice to know aja, sekali, udah.

Nah, kembali ke si adik baru ini, ya ... akhirnya daku dengan besar hati minta maaf la ya, karena membuat ia merasa tidak nyaman dengan kebiasaan buruk saya yang ga' banget kali ya untuk ukuran temenan, sahabatan.

Lain lagi dengan seorang sahabat baru saya, seorang penjaja kelontong elektronik kaki lima tak jauh dari kantor. Saya bersahabat dengannya karena dipertemukan oleh kebiasaan yang sama, bertemu di rumah Allah saat waktu sholat. Hidupnya yang tidak mudah membuat ia sedikit lebih tua dari usianya yang sebenarnya, yang berada jauh di bawah saya.

Yang menarik, dengannya, ia selalu tahu setiap kesusahan yang saya alami. Bukan tahu dalam arti yang sebenarnya. Tapi setiap kali saya tengah mengalami masa-masa sulit, saat itu pulalah seringkali ia menghubungi saya melalui telepon. Subhanallah ! Walau hingga menutup telpon, saya seperti biasanya tetap tidak cerita apapun tentang kondisi atau persaoalan saya padanya, tapi kontak batinnya yang luar biasa, cukuplah sebagai sesuatu yang sangat mengobati dan sangat saya syukuri.

Biasanya saat ia telepon itu, saya dan dia akan saling bertanya kabar kami masing-masing, dan pembicaraan berakhir dengan pesan dari di antara kami untuk saling menguatkan dan menjaga diri. Pasalnya, kami bertemu pun sangat jarang, sebab saya lebih sering berada di Karawang timbang di Jakarta. Karenanya, sungguh saya merasa sangat bingung dengan hubungan batin yang begitu istimewa ini.

Seorang sahabat yang lain, semasa kuliah lanjutan pada tujuh belas tahun lalu itu, pun tak kalah luar biasa. Pertemuan pertama yang tak lazim karena ia bertanya, mengajak kenalan dengan cara berteriak dari kejauhan di pinggiran danau kampus UI Depok menjelang ujian penerimaan, ternyata membawa kami kepada persahabatan yang sangat luar biasa hingga kini. 

Dengannya, saya bisa menghabiskan waktu hingga bego dan melakukan hal-hal yang gila bersama-sama. Asal dipikir, padahal kita dua orang yang sangat jauh beda. Ia sangat kasual dan adventurer, sementara saya ... seorang yang sama sekali ga suka begituan. Dengannyalah saya jauh lebih bisa banyak bicara (bercerita). Sepertinya ia satu-satunya sahabat yang sedikit lebih tua usianya dari saya. Hampir seluruh penderitaan hidup saya, saya tumpahkan blek padanya. Ia juga, satu-satunya orang lain yang bisa berkali-kali menangis sesenggukan untuk saya, demi mengetahui betapa beratnya hidup saya.

Dengannya pun saya sangat jarang bertemu sejak lulus kuliah itu. Tapi kapanpun saya membutuhkan dia, dia selalu ready on call 24 hours ! Dan setiap kali kami berkomunikasi lagi setelah sekian lama waktu tak berjumpa, serasa segala sesuatunya langsung on saja frekuensinya. Tak ada lagi yang perlu disetel untuk menyesuaikan kecanggungan akibat lama tidak bertemu. Subhanallah ... !

Demikianlah. Kadang manusia seringkali lupa ya bahwa dikelilingi dan memiliki orang-orang yang tepat dalam hidup kita adalah hal yang patut disyukuri. Dan yang sangat menggetarkan hati saya adalah, tak jarang di antara sahabat-sahabat teristimewa saya itu  adalah orang-orang yang sangat jauh beda dalam banyak hal dengan saya, baik akidah, ras, status sosial, dst. Semuanya itu semakin membuat saya sangat takjub dan semakin bersyukur !

Selain itu, bersama siapa kita berkawan, sungguh sangat menentukan jalan hidup kita. Tentu, orang-orang yang baiklah yang akan mendatangkan kebaikan pula bagi kita. Karenanya tak salah bila tombo ati, atau obat hati salah satunya adalah orang sholeh kumpulono, berkawanlah dengan orang-orang yang berilmu agama yang baik sehingga mereka mendatangkan pula banyak ilmu yang bermanfaat bagi diri kita. Barakallah ya temans ... !


No comments:

Post a Comment