Wednesday, 29 August 2018

ISTIQOMAH

HIJRAH

Alkisah pada sebuah masa saya berketetapan hati untuk mulai meninggalkan urusan dunia. Saya berusaha meninggalkan riba, melepaskan harta, sudah hampir sepuluh tahun belakangan menutup semua kartu kredit. Saya pun kala itu bertekad bilamana dalam waktu dekat saya memperoleh rezeki lebih banyak dari biasanya, maka saya akan menyedekahkannya kepada mereka yang berhak tanpa banyak berhitung.

Maka tibalah saat itu. Saya pun menyedekahkan sebagian besar uang saya yang banyaknya tidak seberapa dibandingkan orang-orang kaya, namun saya sungguh menyedekahkan dalam jumlah jauh lebih banyak dibanding yang saya sisakan untuk diri saya sendiri. Sejauh itu semua terlihat normal. Alhamdulillah ...

Hingga tak lama berselang, jebreeeeet ... ! Datanglah 'ujian' itu. Saya kehilangan tas yang segala sesuatu yang penting ada di dalamnya. Maka saya kehilangan 2 (dua) telepon genggam yang nilainya belasan juta rupiah, saya kehilangan seamplop mata uang asing yang jumlahnya juga sangat tidak sedikit bagi saya, saya kehilangan 'tabungan' sebuah logam mulia yang nilainya akan sangat bermanfaat bagi saya sebagai cadangan (saya tidak punya tabungan uang dalam bentuk cash di bank), saya kehilangan kacamata - yang mana kacamata saya ini harganya lebih mahal daripada telepon genggam yang mampu saya beli, saya kehilangan semua kartu penting dalam dompet saya, atm 4 bank, kartu npwp, 2 sim, sebuah stnk, kartu berobat, dst yang saya tak ingat lagi dan malas mengingatnya ....

Itu pun belum seberapa, saya ditipu 3 orang yang bermuamalah dengan saya yang 2 di antaranya tak kunjung menunaikan kewajibannya pada saya. Innalillahi wainnailaihi rojiun ....

Subhanallah ... sempat blank isi kepala saya selama kurang lebih satu jam, terbengong-bengong dengan besarnya nilai kehilangan yang buat ongkos haji berdua saja masih sisa ... hingga seseorang gadis cantik asal turki di sebelah saya tiba-tiba meminta saya mendoakannya, karena ia sedang ditimpa kesusahan ....

Masyaa-a Allah ... di saat saya tengah susah payah mencerna makna kehilangan urusan dunia yang tak seberapa, tiba-tiba Allah pertemukan saya dengan seseorang yang membutuhkan saya ! Bukan harta saya yang dibutuhkannya, bukan tenaga saya yang dibutuhkannya ! Tapi doa saya !!! Dan saya bukanlah siapa-siapa ! Saya bukanlah orang yang ia kenal ! Masyaa-a Allah ....

Maka saya pun segera menanyakan siapa namanya, apa persoalannya, dan segera setelah ia pergi saya pun shalat sunnah 2 rakkat untuk menenangkan hati saya dan juga mendoakan dia sambil berurai mata, malu dengan ketamakan saya, memohon ampun atas kesombongan juga riya yang mungkin saya lakukan tanpa saya sadari dengan seluruh nawaitu hijrah saya selama ini, pun mendoakan gadis tadi agar dihapuskan segala kesulitan dan kesusahan hatinya ....

HIKMAH
Demikianlah, sekali manusia ini berikrar untuk hijrah dan menulai jihad fisabilillah, maka saat itu pulalah Allah mengujinya. Apakah ia, khususon saya, bersungguh-sungguh dengan hijrah saya untuk meninggalkan urusan dunia yang hina ini ?

Apakah saya akan tetap istiqomah dengan nawaitu saya untuk berhijrah setelah Allah ambil seluruh harta saya tak bersisa ! Apakah saya akan tetap lurus dalam niat untuk meninggalkan urusan dunia yang hina ini setelah Allah jadikan saya fakir, sefakir-fakirnya dalam harta ?  Subhanallah ....

Dan lihatlah apa yang terjadi kemudian ? Mungkin karena saya ikhlas dengan ujian itu, dalam sekejap Allah ganti rejeki saya. Teman-teman bersedekah untuk saya, nilaimya pun cukup besar untuk bisa membeli telepon genggam lagi yang baru. Namun saya sudah bertekad saya akan kembali sedekahkan pemberian teman-teman itu, dan saya hanya mengambil secukupnya untuk kebutuhan saya. Alhamdulillah .. maka uang pemberian teman-teman kembali saya sedekahkan kepada orang-orang yang lebih membutuhkan uang daripada saya. Semoga Allah menjadikannya amal shalih bagi saya. Aamiin yaa Rabbal alamiin ...

Hikmah berikutnya, saya terbebaskan dari banyak potensi kemaksiatan dan hal yang tak bermanfaat yang biasanya sangat mudah diperoleh pada telepon genggam yang punya lumayan banyak fitur sebagaimana telepon genggam yang saya miliki selama ini. Dan tak punya harta sama sekali bahkan untuk membeli telepon genggam yang baru sungguh membuat saya terbebas sebebas-bebasnya dari urusan dunia yang satu ini. Asli, dengan hanya bermodal telepon jadul maka saya sungguh tak bisa berbuat banyak dalam "bersibuk-sibuk" di dunia maya, Sungguh saya bersyukur Allah jadikan saya terhindar dati keburukan ini ....

Bahkan hingga saat ini, telepon genggam jadul yang saya miliki hanyalah sebuah telepon genggam jadul yang harganya seharga tagihan listrik rumah 2200 kwh, itu pun kesulitan untul dicharge karena kabel chargernya sudah rusak. Hahaha ... masyaa-a Allah ... alhamdulillah ...

HIDAYAH
Hidayah itu rezeki. Hidayah iti bukan (sepenuhnya) diberi. Hidayah itu harus dicari, dikejar, diminta, diupayakan. Bukan untuk sekali untuk memdapatkan hidayah namin untuk setiap hal dalam aspek kehidupan semoga kita mendapatkan hidayah agar kita senantiasa hidup di jalan yang lurus sebagaimana yang Allah perintahkan, sebagaimana yang Rasulullah tuntunkan ....

Terlihat seperti berada di titik nadir ya ? Bukan, melainkan inilah saatnya kita belajar qoanaah, menerima dengan setiap ketetapan Allah atas diri kita, yang Allah tuliskan 50.000 tahun lalu sebelum seluruh jagad raya alam semesta dan seisinya diciptakan ! Jadi hidup mati rezeki jodoh setiap manusia telah dituliskan sejak saat itu ! Tak mungkin berkurang sedikt pun waktunya, tak mungkin tertukar sekalipun peruntukannya, tak mungkin terhindarkan pula ajalnya ! Masyaa-a Allah ...

Rasulullah bersabda, "Jadikanlah dirimu sebagai orang yang tengah melakukan safar dan berhenti untul beristirahat dalam persinggahan" demikianlah sebaiknya manusia memandang dunia yang hina. Maka ambillah segala sesuatu seperlunya jangan berlebihan.

Rasulullah pun bersabda, "Sungguh dunia lebih hina dari bangkai kambing yang cacat telinganya !" Masyaa-a Allah ...

Subhanallah ..
Alhamdulillah ...
Laailaha ilallah ...
Allahu akbar !

No comments:

Post a Comment