Monday, 18 April 2016

ISTIQOMAH

Sejak pagi sudah berniat ingin menambah ilmu. Demi Allah, baru dibaca beberapa kalimat itu, baru membuka lembaran kedua dan membaca sedikit saja, daku sudah menelungkupkan bacaan itu di meja, hanya mampu memandangi saja sampulnya. Dada sudah terasa sesak, walau istighfar terus diucap, tapi tetap ... rasa takut luar biasa itu menyelimuti jiwa. Masya Allah ...

Astaghfirullahaladzim ....
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala hal yang tersembunyi di sudut relung hati. Sungguh Allah Maha Mengetahui kesungguhan dan lurusnya niat hati. Masya Allah ....

Sungguh Allah itu berhak menguji atas keistiqomahan dan keimanan umatnya. Innalillahi wainnailaihi rojiun ... sungguh sebuah bencana bila manusia tidak mampu bertanggung jawab atas setiap urusannya di dunia. Dan seburuk-buruknya manusia adalah saat ia tidak mampu menyelaraskan kalbunya, lisannya dan perbuatannya ... sehingga ia menjadi seorang yang munafik, astaghfirullahaladzim ....

Betapa Allah sangat mengasihi daku selama ini. Betapa banyak kemudahan, kemuliaan yang senantiasa Allah curahkan kepadaku. Siapalah daku ini ? Perempuan hina, dengan segala keburukan, dan sedikitnya ilmu, tipisnya keimanan. Manakala Allah memberikan segala kebaikan ini, daku tidak lagi mampu bereaksi apa-apa, karena segala hal kebaikan ini terasa berlebihan. Daku berasa tidak layak untuk semuanya ....

Saat setiap permintaan dikabulkan, hingga daku tidak berani lagi meminta. Karena daku tahu, daku tidak akan pernah siap dengan setiap jawaban yang Allah berikan atas doa-doaku. Betapa tamaknya manusia. Tiada lelah dan malu meminta segala sesuatu, pada hal yang tiada yang tak mungkin bagiNya. Astaghfirullahaladzim ....

Dan untuk yang kesekian kalinya, daku kembali terbingung-bingung, terpana dengan kemurahanNya. Selama ini daku merasa segala sesuatu begitu datar dan jauh adanya. Daku tak bisa membayangkan apa-apa. Namun begitu memang sudah waktunya, tetiba semua ada di depan mata, di waktu yang sama. Lalu apa pula yang dapat daku lakukan, kecuali kembali berlari dan sembunyi di bawah naunganNya, memohon ampun. Ternyata segala kebaikan justru mendatangkan ketakutan besar yang luar biasa.

Sesungguhnya daku mengukur diri, sangat mengukur diriku. Maka manakala segala kebaikan ini menghampiri, daku merasa ini bukan aku, ini bukan untukku. Daku tidak sebaik itu, sungguh tidak sebaik itu, sungguh tidak layak untuk itu.

Daku tidak menyangsikan ketentuan Allah kepadaku, untuk setiap kesulitan dan kemudahan, untuk setiap perjuangan dan kemuliaan untukku. Tapi sungguh, setiap ketidaknyamanan itu justru lebih mudah kumengerti timbang segala kebaikan ini.

Dan lihatlah apa yang terjadi dengan nawaituku ini. Sebuah niat yang semula lurus dengan segenap keabsurdan kini terhantam justru oleh kebaikan-kebaikan lainnya. Dan daku tidak berdaya ....

Astaghfirullahaladzim ....
Astaghfirullahaladzim ....
Astaghfirullahaladzim ....

Demi Allah daku tidak ingin menjadi munafikun ....
Seorang yang apabila berbicara dia berdusta,
apabila berjanji dia ingkar dan
apabila dipercaya dia berkhianat ....
Naudzubillahi mindalik ....

Dan manakala daku berikthiar untuk memperkaya hati, daku kembali dirundung rasa takut luar biasa. Sesungguhnya menjadi pribadi yang berakhlak itu sebuah perjuangan tiada akhir, bahkan hingga ajal menjelang ....
Semoga Allah senantiasa melindungiku, menjaga keimananku dengan curahan hidayah dan rahmatNya, menolongku dan memudahkanku agar senantiasa lurus dalam niatku ....

Aamiin ...
Aamiin ...
Aamiin ...
Yaa Rabbal alamiin ....  

No comments:

Post a Comment