SAAT SI SAKIT DIBUTUHIN
Pagi belum juga menginjak pukul 07.00 wib, daku sudah menerima 2 (dua) buah pesan pendek sahabat yg tengah susah.
Yang satu bertubi2 mengirim pesan melalui WA mengabarkan dan memohon doa karena anaknya pagi ini operasi.
Yang satu bertubi2 mengirim pesan melalui SMS memohon maaf atas tindakan anaknya saat berkunjung membesuk daku ke rumah, hampir 2 (dua) bulan yang lalu. Beliau khawatir ada sikap dan perilaku anaknya yg kurang berkenan di hati daku sehingga membuat daku tidak berkomunikasi dengan beliau lagi belakangan ini.
Terkantuk2 setelah lembur garap tugas hingga lewat pukul 01.00 dini hari tadi, saya merespon sahabat pria, non muslim, yang tengah dalam kesusahan hati itu. Pasalnya, dgn kondisi yg tengah berkonsentrasi dengan keluarganya, sahabat saya diminta utk tetap ngantor ! Padahal sbg pegawai ia punya hak 2 (dua) hari cuti permisi bila ada anggota keluarga serumah dirawat di rumah sakit.
Maka jadilah, si sakit mendukung yg sehat yg tengah susah hati dan butuh dukungan. Pasalnya, jarak rumah sakit dan kantor cukup jauh dan stressfull karena melalui rute macet. Lah, sudah stress urus anak, stress urus kerjaan, stress di jalan, kan bisa sakit semua. Alhamdulillah, kelar dengan ini dan sahabat sudah agak tenang utk tetap berada di runah sakit mendampingi anaknya.
Berikutnya, tanpa tunggu lama saya langsung hubungi sahabat yang lain, seorang ibu yang sudah pensiun bekerja bbrp tahun lalu, namun kami msh tetap menjaga tali silaturahmi.
Begitu daku telpon, daku pun langsung bertanya, "Ibu kenapa sms saya seperti iitu ? Ada apa bu ? Saya baik2 saja dg kunjungan ibu dan ananda bbrp wkt lalu ... " Tenyata oh ternyata, beliau mau mantu, jadi stress dan sensitif. Mantunya minggu depan. Katanya, "Orang kalau sudah semakin tua kan semakin seperti anak kecil, Fir. Orang sudah ga mau kenal lagi, saya dilupa'in ..." suaranya terdengar sedih.
"Ibu, tapi kalau berilmu agama, kan kita tidak seperti itu. Ibu kan berilmu agama, jadi in shaa Allah ibu tidak akan merasa seperti itu. Sudah sekarang ibu ambil air wudu, lalu sholat ..." ucap daku. Si ibu terdengar tertawa gembira di ujung telepon. Katanya lagi, "Tapi kok WA kamu dihapus, sms dihapus, no telpon dihapus, ga ada semua ?" Daku pun bingung, "Loh, loh, loh, siapa bu yg hapus ? Nomor ibu masih kok sama saya. Mohon maaf saya sedang sakit bu belakangan ini, jd saya lama tidak berkomunikasi ..." daku pun terpaksa menerangkan ttg kondisi daku post op caesar - tumor rahim. Maka tetiba si ibu pun, "Sms lg alamat rumahnya ya, jd saya bisa nengok ke sana lagi ..."
HIKMAH
Subhanallah ... daku sungguh sangat bersyukur. Daku kira ya, diri daku ini tidak manfaat bagi siapa2. Tapi pagi2 dicariin para sahabat yg cuma butuh dukungan dan doa dari si penyakitan ini, sungguh sebuah awal hari yang sangat indah.
Lebai ? Gak. Daku berhutang sangat banyak kepada para sahabat di setiap kesusahan yg daku alami. Maka membantu 2 (dua) orang sahabat hantya dengan berkata2 tentu tak ada artinya dibandingkan kemurahan hati Allah mengirimkan byk sahabat terbaik untuk daku.
Alhamdulillah yaa Rabb ....
Sesungguhnya hikmah menjaga silaturahim sangatlah nyata. JanjiMu itu tak pernah ingkar ....
Sesungguhnya hikmah menjaga silaturahim sangatlah nyata. JanjiMu itu tak pernah ingkar ....
Subhaballah, alhamdulillah, laailahailallah, Allahu akbar ....
No comments:
Post a Comment